Beranda | Artikel
Kegigihan Abu Hurairah Berdakwah Kepada Ibunya
Kamis, 2 Desember 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Kegigihan Abu Hurairah Berdakwah Kepada Ibunya merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 25 Rabi’ul Akhir 1443 H / 30 November 2021 M.

Kajian Islam Ilmiah Kegigihan Abu Hurairah Berdakwah Kepada Ibunya

Kita telah membahas kisah dakwah Abu Hurairah kepada ibunya. Bagaimana kegigihan Abu Hurairah mendakwahi ibunya hingga akhirnya mendapatkan hidayah masuk Islam. Dengan kesabaran dan kegigihan, tanpa kenal putus asa, walaupun banyak sekali  hal-hal tidak mengenakkan yang beliau dapati di dalam perjalanan dakwah kepada ibu. Tapi akhirnya dengan kesabaran itu terbayar lunas apa yang menjadi keinginan Abu Hurairah.

Ini adalah anugerah yang besar, karena itu kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hidayah ditangan Allah, Allah yang membuka hati para hamba untuk menerima hidayah. Ibu, ayah, anak, saudara, dan orang-orang yang kita cintai tidak akan bisa mendapatkan hidayah kalau bukan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Satu poin yang kita sampaikan kemarin adalah Abu Hurairah pada kali pertama tidak langsung datang kepada Nabi dan minta doa. Tapi beliau mengawalinya dengan perjuangan jatuh bangun yang akhirnya ibunya mencela Nabi, mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan tentang Nabi.

Abu Hurairah telah berikhtiar sampai batas maksimal, lalu baru pada akhirnya beliau mendatangi Nabi, mengungkapkan masalah dan kesedihannya. Ini adalah salah satu ikhtiar walaupun hidayah bukan ditangan Nabi. Nabi sendiri tidak kuasa untuk memberikan hidayah kepada pamannya, walaupun beliau sangat ingin pamannya masuk Islam. Semua itu dengan izin dan kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Artinya ini juga bukan merupakan kepastian pada waktu itu. Ketika Abu Hurairah minta kepada Nabi berdoa untuk ibunya, bukan berarti hidayah itu pasti didapat. Abu Hurairah tahu itu. Tapi ini adalah salah satu ikhtiar terakhir yang mungkin bisa beliau lakukan saat itu. Pada akhirnya Allah buka pintu hati ibunya untuk menerima hidayah Islam itu.

Pelajaran yang bisa kita petik dari situ adalah perlu kesabaran untuk mendakwahi orang-orang yang kita cintai. Bahwa mendakwahi orang-orang yang kita cintai itu tidak mudah, lebih berat daripada mendakwahi orang lain di luar sana. Tidak lantas dengan keinginan kita yang keras dan kuat itu dengan mudah kita bisa membimbing dan membawa mereka kepada hidayah. Itu semua ia kembali kepada kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kalau kita berhasil dakwahnya, jangan nisbatkan itu kepada diri kita. Ini karena saya hebat, ini karena saya pintar bicara, karena saya kuat hujjahnya, karena saya menguasai cara untuk mendekati manusia, dan lain sebagainya. Kembalikan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu berkat rahmat dan karunia Allah. Allah mudahkan orang itu untuk menerima hidayah, bukan karena kita.

Apa yang kita lakukan itu hanyalah usaha, dan semua itu akan menjadi kebaikan bagi kita kalau ikhlas. Tapi kalau kita riya’, ujub dan menisbatkan itu kepada diri kita, maka bisa jadi pahala itu hilang.

Didalam kisah itu diceritakan kembali oleh Abu Hurairah bahwa ketika mendengar persaksian ibunya,  Abu Hurairah kembali menemui Rasulullah dalam kondisi berlinang air mata karena kegembiraan yang tiada tara. Maka Abu Hurairah berkata: “Wahai Rasulullah, sambutlah kabar gembira, doamu dikabulkan Allah. Allah memberikan hidayah kepada ibuku.”

Coba lihat yang dikatakan oleh Abu Hurairah kepada Nabi. Bawah hidayah ini dinisbatkan kepada Allah. Abu Hurairah tidak mengatakan: “Ibuku mendapatkan hidayah karenamu.” Tapi ini pemberian Allah.

Bagaimana kisah lengkapnya? Mari download dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51131-kegigihan-abu-hurairah-berdakwah-kepada-ibunya/